Bandung 30, Juni 2022
Internet menawarkan dunia yang begitu beragam. Kita bisa mendapatkan hampir semua informasi, bahkan yang tidak terpikirkan sebelumnya, dengan mudah. Semua orang pun bisa berkontribusi dalam memperkaya konten di dunia maya tersebut. Kondisi ini tentunya dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif bagi para pengguna. Kemampuan literasi digitallah yang menentukan dampak seperti apa yang kita dapatkan. Jika seseorang memiliki kemampuan literasi digitalnya rendah, maka ia cenderung tidak bisa mengenali konten-konten negatif seperti hoaks dan penipuan, serta tidak memahami bagaimana harus bertindak (atau tidak bertindak). Begitu pula sebaliknya.
Sayangnya, kemampuan literasi digital di Indonesia tidak merata. Terutama bagi masyarakat yang tinggal di daerah terpelosok akibat hambatan dalam mengakses kebaruan ilmu, serta kurang mengenal fungsi edukasi, informasi, dan transformasi budaya positif media digital. Salah satu cara dalam memeratakan literasi digital di Indonesia adalah dengan membekali kemampuan literasi digital para guru-guru di daerah 3T agar dapat mendidik siswa-siswanya agar literat digital.
Berdasarkan hal tersebut, tim dosen dan mahasiswa Ilmu Komunikasi Telkom University mengadakan pengabdian kepada masyarakat dengan judul “Training for Trainer untuk Guru Literat Digital Sekolah Guru Indonesia Dompet Dhuafa”. Program ini bertujuan untuk mencetak para trainer yang nantikan akan menjadi pelatih bagi program-program pendidikan literasi digital bagi guru-guru di daerah pelosok yang tersebar di Indonesia.
“Pada semester lalu, kami telah melakukan program pendidikan literasi digital bagi guru-guru di daerah Sumatera Selatan dan cukup sukses. Namun kami merasa bahwa kapasitas jumlah peserta dan cakupan wilayah program tersebut terbatas. Itulah sebabnya pada kali ini kami mengadakan program untuk mencetak para trainer literasi digital yang berdomisili di berbagai wilayah di Indonesia. Diharapkan masing-masing trainer tersebut akan mengadakan pelatihan literasi digital bagi guru-guru di daerah pelosok yang dekat dengan domisli trainer. Dengan begitu, penyebaran tingkat literasi digital akan lebih cepat dan massif,” jelas Clara Novita Anggraini, ketua Training for Trainer untuk Guru Literat Digital Sekolah Guru Indonesia Dompet Dhuafa.
Para peserta program Training for Trainer untuk Guru Literat Digital Sekolah Guru Indonesia Dompet Dhuafa terdiri dari guru-guru yang diseleksi secara ketat. Program ini sendiri terdiri dari dua pertemuan. Pada pertemuan pertama yang diadakan 10 Juni 2022, para calon trainer diajak berdiskusi mengenai karakter dan dampak dari internet, serta bagaimana masyarakat yang terbentuk oleh internet. Sedangkan pada pertemuan kedua yang berlangsung 17 Juni 2022 membahas skill literasi digital dan bagaimana aplikasinya terhadap proses pembelajaran di sekolah.
“Kami sengaja memilih para guru sebagai masyarakat sasar karena guru-guru tersebut nantinya akan menjadi trainer guru lainnya. Merekalah yang paham benar apa yang dibutuhkan seorang guru dalam mendidik siswa-siswanya serta kendala apa saja yang dihadapi dalam menjalankan profesinya di daerah pelosok. Jika melihat antusiasme mereka selama pelatihan, kami harap mereka akan menjadi para trainer handal yang berkontribusi dalam menciptakan masyarakat Indonesia literat digital,” tutup Clara.