Haddy Joof namanya, mahasiswa kelas internasional pada Program Studi Ilmu Komunikasi tersebut menjatuhkan pilihan untuk berkuliah di Indonesia. Ia tertarik kuliah di Indonesia karena mendengar banyak cerita tentang Indonesia. Apalagi terkait dengan warga negaranya yang dinilai banyak orang di dunia sebagai negara yang ramah.
Hal itulah yang diceritakan oleh Haddy Joof kepada tim media sosial prodi Ilmu Komunikasi, Selasa (28/03/2023). Dari sekian banyak universitas di Indonesia, Haddy Joof menjatuhkan pilihannya kepada Telkom University, karena berdasarkan berita dan data, Telkom University merupakan kampus swasta terbaik di Indonesia.
Poin Penting Kuliah di Telkom University
Mahasiswa semester empat ini berasal dari Gambia, Afrika Barat. Ia menceritakan pengalaman menariknya saat tinggal di Bandung.
“Pertama makannya. Meskipun berbeda dengan negara saya, karena di sini banyak sekali makanan yang digoreng dan manis, itu menjadi pengalaman baru untuk saya, karena benar-benar berbeda dengan makanan di negara kami. Tapi kenapa tidak mencoba makanan Indonesia, karena saya akan berada di sini selama empat tahun,” cerita Haddy.
Haddy juga menceritakan jika mahasiswa di Indonesia ramah-ramah, cirinya selalu tersenyum jika bertemu dengannya. Kuliah di Telkom University membuat Haddy senang dengan keramahan orang-orangnya, bukan hanya mahasisnya, termasuk dosen-dosennya, juga staf-stafnya yang sangat luar biasa.
“Kedua, aku mendengar bahwa orang Indonesia itu baik dan jujur. Ketika melihat siapapun yang dilihat, mereka selalu tersenyum, menurut saya itu adalah hal yang bagus buat saya. Oleh karena itu, membuat lingkungan kampus di sini menyenangkan buat saya termasuk juga orang-orangnya. Dan ketika datang ke staff begitu Staffnya luar biasa. ”Paparnya.
Terkait dengan pilihannya dengan Telkom University, Haddy Joof sangat mengapresiasi fasilitas yang disediakan oleh kampus. Menurut mahasiswa asal Afrika Barat tersebut, fasilitas kampus Telkom University sangat bagus.
“Ketiga, Berbicara tentang fasilitas, Telkom University punya fasilitas yang bagus. Semuanya mulai dari laboratorium, ruang kelas, dan semua yang dibutuhkan mahasiswa untuk melakukan pembelajaran menjadi lebih efektif.”
“Keempat, dosen-dosennya. Selain ramah, dosennya sempurna karena mereka berusaha sebaik-baiknya untuk membuat saya mengerti sehingga memiliki pengetahuan dan dapat berkembang secara alami,”ujar Haddy.”
Sebagai mahasiswa asing di benua yang berbeda, tentu memiliki budaya yang berbeda. Haddy mengakui mengalami culture shock (gegar budaya) saat datang ke Indonesia. Selain persoalan Bahasa yang berbeda, walaupun di kelas internasional selalu berbicara Bahasa Inggris juga makanannya seperti yang telah disebutkan di atas.
Menurut mahasiswa berkerudung tersebut, culture shock yang dialaminya bukan hanya soal makanan dan Bahasa saja, ia juga merasakan saat dia harus mulai duduk di lantasi terutama saat sedang makan atau melakukan hal-hal tertentu sehingga harus duduk di atas lantai.
Haddy bercerita, “Saya mengalami gegar budaya dimulai ketika harus duduk di atas lantai. Jadi pada dasarnya saya sebagai Gambia, kami duduk di lantai terutama saat kita sedang makan dan saat kita melakukan hal-hal tertentu, tapi kami tidak duduk di lantai terlalu lama. Karena duduk di lantai terlalu lama membuat kaki saya kram.”
Hal tersebut menjadi tantangan bagi perempuan kelahiran Gambia tersebut, akan tetapi ia terus belajar beradaptasi untuk mengatasi semua tantangan tersebut. Ia yakin dengan belajar beradaptasi membuat dirinya tumbuh sesuai dengan keinginannya, khususnya saat pindah ke lingkungan yang baru.***[]